PANDUGA.ID, SEMARANG – Kasus penembakan yang menewaskan seorang pelajar di Semarang bernama Gamma (17) masih menyisakan tanda tanya. Hingga kini, terdapat tiga versi kronologi yang berbeda terkait insiden yang melibatkan Aipda Robig sebagai pelaku penembakan pada Minggu (24/11).
1. Versi Polrestabes Semarang
Polrestabes Semarang, melalui Kapolrestabes Kombes Pol Irwan Anwar, menyampaikan penjelasan pertama kali pada Senin (25/11). Menurut Irwan, penembakan terjadi ketika pihak kepolisian mencoba melerai aksi tawuran yang diduga melibatkan Gamma dan sejumlah pelajar lainnya. Dalam situasi tersebut, petugas merasa terancam oleh senjata tajam sehingga melepaskan tembakan.
Keesokan harinya, Selasa (26/11), Polrestabes Semarang menggelar prarekonstruksi di wilayah Semarang Barat. Namun, prarekonstruksi itu hanya memperagakan adegan tawuran dan tidak fokus pada aksi penembakan oleh Aipda Robig.
Dalam konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Rabu (27/11), kepolisian menghadirkan sejumlah barang bukti, seperti senjata tajam, rekaman CCTV, dan empat remaja yang disebut sebagai pelaku tawuran. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR pada 3 Desember 2024, Irwan kembali menyebut bahwa Gamma merupakan bagian dari kelompok gangster lokal atau “kreak”.
2. Versi Kabid Propam Polda Jawa Tengah
Pada kesempatan yang sama dalam RDP, Kabid Propam Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Aris Supriyono, membeberkan versi berbeda. Aris menegaskan penembakan tersebut bukan berkaitan dengan pembubaran tawuran.
Menurut Aris, Aipda Robig melepaskan tembakan setelah merasa terdesak dan dipepet oleh korban. Situasi tersebut, kata Aris, menyebabkan Aipda Robig melakukan penembakan spontan, bukan dalam rangka melerai tawuran sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
3. Versi Saksi Adam, Rekan Korban
Adam, rekan korban yang juga menjadi salah satu korban penembakan, menyampaikan kronologi berbeda. Dalam keterangannya pada Senin (9/12), Adam membantah bahwa malam itu dirinya bersama Gamma dan teman-temannya terlibat tawuran atau berencana melakukan tawuran.
Adam menjelaskan, mereka hanya sedang nongkrong bersama. Dalam perjalanan pulang, mereka tiba-tiba dihadang seseorang yang memblokir jalan, menodongkan pistol, dan melepaskan tembakan.
“Awalnya kami jalan iring-iringan, lalu tiba-tiba ada yang nodong pistol. Kami semua panik dan tancap gas. Saya yang di belakang tertinggal, dan itu memang kami sedang pulang,” ujar Adam didampingi kuasa hukumnya.
Adam mengaku peluru dari pistol Aipda Robig sempat menyerempet dadanya dan bersarang di tangan rekannya, Satria. Namun, pada saat itu, ia tidak mengetahui bahwa Gamma juga menjadi korban penembakan. Adam baru menyadari kabar kematian Gamma keesokan harinya setelah komunikasi dengan Satria. (CC02)