PANDUGA.ID, MAGELANG – Sempat beredar video viral kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Magelang antar dua kelompok, Minggu (15/10/2023) sore.
Beberapa video yang beredar di Instagram dan Twitter justru dikait-kaitkan dengan putusan MK soal batas usia capres-cawapres.
Padahal kejadian tersebut berlangsung di hari yang berbeda dan tidak ada korelasinya.
Bahkan beredar beberapa berita yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Oleh sebab itu, Panduga.id berkesempatan melakukan wawancara langsung dengan Anang Imamuddin, Ketua Forum Aliansi Umat Islam Bersatu (FA UIB).
Sebagai informasi, FA UIB dan GPK Militan merupakan kelompok yang bersinggungan dengan Laskar PDIP di Jalan Jogja-Magelang, Minggu (15/10/2023) sore.
Akibat peristiwa itu ada beberapa kendaraan yang dibakar massa dan menyebabkan kemacetan panjang.
Bahkan kedua kelompok saling serang dengan melemparkan batu dan benda-benda lainnya.
Magelang keras guys #magelang #gpk #PPPBintang #PDIPerjuangan pic.twitter.com/my617LhhsS
— warung kopi (@warung_kopi31) October 15, 2023
Penyebab Kerusuhan Magelang
Anang Imamuddin menjelaskan bagaimana awal cerita peristiwa kerusuhan tersebut bisa terjadi.
“Berita yang beredar memang simpang siur sesuai dengan kepentingan masing-masing. Tapi saya ingin meluruskan bahwa awal kejadian diakibatkan oleh kelompok massa dari BSM Laksar PDIP Jogja yang menginjak-injak bendera berlambang Ka’bah dan bendera Palestina di Jalan Jogja-Magelang,” tuturnya.
Tak hanya itu, menurut Anang kelompok massa BSM Laskar PDIP juga melempari warga, merusak rumah, merusak panti asuhan Muhammadiyah, dan membakar satu motor milik anggota GPK Militan.
“Total ada 11 motor yang dirusak. Tapi hanya 1 motor yang dibakar oleh mereka. Tindakan itulah yang memicu kami untuk melakukan perlawanan. Akibatnya, kepulangan mereka kami cegah. Baik dari GPK, FA UIB, dan masyarakat bersatu untuk melawan. Kami merasa tidak nyaman Magelang diinjak-injak oleh kelompok BSM Jogja. 7 motor mereka dibakar massa,” bebernya.
Anang mengatakan kejadian tersebut tidak hanya berlangsung kali ini saja.
Pada tahun lalu kedua kelompok juga sempat bersinggungan karena ada anggota GPK Militan yang ditembak dengan air gun.
“Saya menyayangkan setiap ada acara kelompok BSM Laskar PDIP Jogja selalu mabuk dan minum pil koplo. Itu sudah jelas tujuannya mau bikin rusuh. Saya tahu mereka juga membawa bom molotov, miras, stik baseball, senjata tajam, dan air gun. Saya tahu karena di lapangan membersamai teman-teman,” tegas Anang.
Pihaknya meminta kepada aparat kepolisian untuk melakukan sweeping bila ditemukan kelompok yang membawa benda terlarang.
“Kami juga ingin menyampaikan kepada siapapun untuk saling menghormati dan menghargai. Jangan menyentuh yang bukan haknya. Jangan ke wilayah orang lain dengan niat mau rusuh. Mereka tamu jadi harus hormati tuan rumah. Jangan arogan, adab dikedepankan. Aparat harus tanggap. Saya sudah sempat berikan input tapi tidak dilaksanakan,” pungkas Anang.(*)