PANDUGA.ID, SURIAH – Presiden Suriah, Bashar al-Assad, resmi mengundurkan diri pada Minggu (8/12/2024), menandai akhir dari kekuasaannya selama lebih dari dua dekade sejak tahun 2000.
Langkah ini diambil setelah serangkaian perundingan dengan berbagai pihak yang bertikai, membuka peluang untuk masa depan baru Suriah yang masih dilanda konflik berkepanjangan.
Assad Tinggalkan Suriah, Diberi Suaka oleh Rusia
Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Assad telah meninggalkan Suriah dan kini berada di Moskow bersama keluarganya.
“Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan negara itu untuk menghindari eskalasi lebih lanjut,” demikian pernyataan resmi Kemenlu Rusia.
Media Rusia, TASS, melaporkan bahwa pemerintah Rusia telah memberikan suaka politik kepada Assad.
Hal ini menunjukkan peran signifikan Rusia dalam menjaga stabilitas kawasan, meskipun Assad dianggap kontroversial di kancah internasional.
Tekanan Internasional dan Tantangan Transisi
Pengunduran diri Assad dipandang sebagai hasil tekanan internasional dan regional, termasuk dari Rusia yang selama ini menjadi sekutu utama rezim Assad.
Transisi kekuasaan di Suriah tidak berjalan mulus.
“Pengunduran diri Assad adalah awal dari proses yang sangat kompleks. Akan ada banyak tantangan untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan damai di Suriah,” kata Mahmud al-Khatib, analis politik Timur Tengah yang berbasis di Amman, Yordania.
Respons Global dan Harapan Perdamaian
Di platform media sosial X, tagar #Assad menjadi trending global. Warganet menanggapi pengunduran diri ini dengan beragam reaksi, mulai dari harapan akan perdamaian hingga skeptisisme terhadap masa depan Suriah tanpa Assad.
Sementara itu, komunitas internasional menyoroti langkah selanjutnya yang harus diambil untuk menciptakan stabilitas di Suriah, termasuk proses rekonsiliasi, pembentukan pemerintahan baru, dan pemulihan pasca-konflik.
Sorotan Dunia ke Depan
Pengunduran diri Assad menandai momen bersejarah bagi Suriah, tetapi tantangan besar masih menanti. Proses politik yang inklusif, rekonstruksi infrastruktur, dan penyelesaian konflik antar kelompok akan menjadi kunci masa depan Suriah.(CC-01)