PANDUGA.ID, JAKARTA – Politisi PDIP Chico Hakim menegaskan bahwa partainya tidak lagi menganggap Presiden Jokowi sebagai kadernya.
Hal ini disampaikan sebagai respons terhadap pernyataan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun yang menyatakan bahwa Jokowi tak lagi menjadi bagian dari PDIP.
Menurut Chico, loyalitas terhadap partai merupakan hal utama, dan sikap tegak lurus terhadap partai pada Pilpres 2024 adalah bentuk nyata dari kesetiaan tersebut.
“PDIP ingin melanjutkan agenda politik ke depan dengan move on dari Jokowi dan Gibran,” terangnya, Minggu (28/4/2024).
Sementara itu, politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno menegaskan bahwa meskipun tidak lagi menganggap Jokowi sebagai kader, partai tersebut tetap akan mendukung pemerintahan Presiden Jokowi hingga tuntas pada Oktober mendatang.
Hal ini sebagai tanggapan terhadap pernyataan Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Silfester Matutina, yang meminta PDIP menarik semua menterinya setelah menganggap Jokowi bukan kadernya.
“PDIP tidak bisa asal mencabut dukungan bagi pemerintahan Jokowi karena merupakan amanat Rakernas IV PDIP yang tertulis di rekomendasi butir 9,” katanya.
Kontroversi ini menunjukkan dinamika politik di dalam PDIP yang semakin terasa menjelang Pilpres 2024.
Meskipun secara resmi tidak lagi menganggap Jokowi sebagai kader, PDIP masih terikat oleh komitmen untuk mendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir masa jabatannya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh PDIP akan menjaga kesetiaan terhadap partai dan seberapa besar pengaruh Jokowi terhadap dinamika politik di dalamnya.
Sejumlah pihak mengkritik sikap PDIP yang terkesan ambigu dalam menyikapi posisi Jokowi.
Meskipun tidak lagi menganggapnya sebagai kadernya, tetapi tetap mendukung pemerintahannya, hal ini dinilai sebagai langkah politik yang bertentangan.
Sebaliknya, ada juga yang memandang bahwa PDIP sedang menjalankan strategi politik dengan mengamankan posisinya di tengah perubahan dinamika politik nasional.
Dampak Internal
Bagi sebagian kalangan, sikap PDIP ini tidak hanya berdampak pada politik nasional tetapi juga pada internal partai itu sendiri.
Dinamika politik di PDIP menjadi sorotan karena menjadi salah satu kekuatan politik terbesar di Indonesia.
Maka dari itu, sikap PDIP terhadap Presiden Jokowi akan terus menjadi bahan perdebatan dan pengamatan, baik oleh pihak-pihak eksternal maupun internal partai itu sendiri.
Meskipun kontroversi ini mencuat, PDIP diyakini tetap akan menjaga keutuhan partainya.
Meskipun tidak lagi menganggap Jokowi sebagai kader, dukungan terhadap pemerintahannya masih akan terus dilakukan sesuai dengan komitmen yang telah diambil.
Dinamika politik di PDIP hanya merupakan bagian dari perjalanan panjang partai tersebut dalam menjaga stabilitas dan kekuatannya di panggung politik nasional.(CC-01)