PANDUGA.ID, JAKARTA – Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi membantah kelangkaan dan kenaikan harga beras disebabkan oleh program bansos.
Akhir-akhir ini, pasokan beras eceran melambat.
Menurut Arief, penyebab kelangkaan tersebut adalah kekurangan stok beras.
Bahkan pada Februari 2024, defisit beras mencapai 2,4 juta ton.
Ia mengatakan, kondisi baru kembali normal pada Maret nanti.
Oleh karena itu, saat ini sedang dilakukan upaya untuk mempercepat pelaksanaan impor yang dipercayakan kepada Bulog.
Diketahui, tahun ini Bulog kembali mendapat misi impor beras sebanyak 2 juta ton.
“Presiden memerintahkan untuk membanjiri pasar dengan cadangan beras Bulog sebanyak 200.000 ton,” ujarnya belum lama ini.
Ketua Umum Aprido Roy N Mandey mengatakan pengecer mengalami kesulitan mendapatkan 5 kg beras berkualitas tinggi.
Pengecer tak mau menimbun dan merugi menjual beras kualitas tinggi karena harganya naik signifikan, yang biasanya dari Rp 13.150/kg, kini naik menjadi Rp 16.000-17.000/kg.
Aprido menghimbau pelonggaran harga eceran tertinggi beras kualitas tinggi di tingkat produsen.
Informasi menyebutkan, pada saat pendistribusian beras bansos di Bantul (30 Januari 2024), Jokowi mengatakan yang diberikan bukan beras biasa melainkan beras premium.
Terpisah, Sekretaris Ikatan Pedagang Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan mengatakan, harga beras medium dan high-end di pasar tradisional melonjak tertinggi sejak 2006, akibat kelangkaan beras.
Rata-rata beras mencapai Rp 13.500/kg.
Sedangkan beras premium harganya Rp 18.500/kg.
“Perlu sinkronisasi data antara jumlah beras yang disalurkan kepada masyarakat untuk bansos dengan jumlah beras yang dibagikan kepada pedagang di pasar,” jelasnya.
Berdasarkan daftar harga Bapanas hari ini, rata-rata harga beras premium adalah Rp 15.860/kg, meski HET berkisar Rp 12.900-14.800/kg.
Harga beras rata-rata Rp 13.860/kg, sedangkan HET Rp 10.900-11.800/kg.(CC-01)