PANDUGA.ID, SEMARANG – Di tengah peringatan Hari Kartini, kisah Maria Magdalena Endang Sri Lestari atau akrab disapa Lena, menjadi pengingat bahwa semangat perjuangan Raden Ajeng Kartini terus menyala dalam jiwa perempuan masa kini. Perempuan berusia 50 tahun ini mendedikasikan hidupnya untuk merawat dan memperjuangkan hak anak-anak dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui Rumah Aira, yang ia dirikan di kawasan Tembalang, Semarang.
“Aira itu singkatan dari Anak Itu Rahmat Allah,” ucap Lena dengan senyum lembut, Minggu (20/4/2025).
Rumah Aira bukan sekadar tempat tinggal, tapi menjadi pelindung kasih dan harapan bagi anak-anak yang kerap dijauhi karena stigma. Di tempat ini, Lena membesarkan lebih dari 50 anak ODHA dari berbagai kota di Jawa Tengah, serta 16 orang dewasa yang juga hidup dengan HIV.
Perjalanan yang Bermula dari Kepedulian
Kisah Lena bermula dari kehidupannya sebagai staf administrasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang. Di sela aktivitasnya sebagai guru senam dan penyanyi gereja, ia bertemu seorang relawan bernama Bunda Anita pada 2015 yang mengenalkannya pada dunia HIV/AIDS.
“Saya kaget. Kok banyak warga Kota Semarang yang belum paham tentang HIV. Dari situ saya tersentuh,” kenangnya.
Pertemuannya dengan anak ODHA yang meninggal di pangkuannya pada 1 Desember 2015 menjadi titik balik Lena. Sejak saat itu, ia bertekad untuk membuka rumah aman bagi anak-anak dengan HIV yang kerap ditolak oleh keluarga dan masyarakat.
Tantangan, Stigma, dan Pengorbanan
Mendirikan Rumah Aira bukan tanpa perjuangan. Lena menghadapi stigma, bahkan kekerasan verbal dari tetangga. Ia rela menjual semua perhiasan, termasuk kalung salib kesayangannya, demi membiayai tempat tinggal anak-anaknya. Ia bahkan sempat diusir dan diludahi, namun tetap bertahan.
“Saya dulu suka perhiasan, semua saya jual. Saya single parent, banyak yang nggak setuju, takut saya ketularan. Tapi saya buktikan, anak-anak ini tidak akan menularkan saya,” katanya dengan mata berkaca.
Kini, Lena tak hanya membesarkan tiga anak kandungnya, tapi juga merawat anak-anak dari keluarga ODHA yang sering kali datang “satu paket” — anak, kakak, ibu, hingga neneknya.
Misi Mengedukasi dan Menginspirasi
Selain perawatan medis, Lena juga menekankan pendidikan, seni bela diri, dan keterampilan hidup pada anak-anak asuhnya. Ia tidak ingin mereka tumbuh dengan rasa rendah diri atau bergantung pada belas kasihan.
“Saya mendidik mereka bukan untuk menjadi pribadi yang suka minta-minta,” tegasnya.
Lena meyakini bahwa anak-anak ODHA bukanlah orang berdosa, dan layak untuk dicintai serta diberi masa depan. Ia menolak mereka mati sia-sia hanya karena ketidaktahuan atau penolakan masyarakat.
Refleksi Kartini Masa Kini
Di Hari Kartini, Lena ingin semangat juang Kartini tak hanya dikenang, tetapi dijalani. Ia melihat dirinya sebagai perempuan yang meneruskan perjuangan RA Kartini, tapi dalam medan yang lebih sunyi—melawan stigma, diskriminasi, dan ketakpedulian terhadap anak-anak yang tidak bersalah.
“Saya akan terus ada untuk mereka. Anak-anak ini rahmat Allah, dan saya akan memperjuangkan mereka sampai akhir.”(CC-01)