PANDUGA.ID, JAKARTA – OpenAI kembali membuat gebrakan dengan meningkatkan kemampuan ChatGPT yang kini bisa menghasilkan gambar secara langsung. Dengan dukungan model AI terbaru GPT-4o, fitur ini memungkinkan pengguna membuat ilustrasi dalam berbagai gaya, termasuk yang tengah viral: gaya Studio Ghibli.
Studio Ghibli adalah rumah animasi asal Jepang yang terkenal dengan visual khasnya yang penuh warna pastel lembut, pencahayaan hangat, serta nuansa magis yang mengangkat cerita kehidupan sehari-hari. Beberapa film terkenalnya antara lain:
– Spirited Away (2001)
– Princess Mononoke (1997)
– Howl’s Moving Castle (2004)
– My Neighbor Totoro (1988)
Sejak fitur ini diluncurkan, media sosial pun dibanjiri gambar ala Studio Ghibli hasil kreasi ChatGPT. Banyak pengguna membagikan potret mereka yang diubah menjadi karakter anime dengan sentuhan khas Ghibli, seperti efek warna pastel dan latar belakang fantasi yang estetik.
Bagaimana Cara Membuat Gambar Ala Studio Ghibli di ChatGPT?
Untuk mengikuti tren ini, pengguna cukup mengunggah foto ke ChatGPT dan mengetik perintah berikut:
-
“Turn this image into Studio Ghibli version”
-
“Create a Studio Ghibli version of this image”
-
“Make this photo look like a scene from a Ghibli movie”
Namun, tidak semua pengguna bisa mengakses fitur ini. Sejumlah pengguna gratis melaporkan bahwa mereka mendapatkan pesan penolakan karena kebijakan konten OpenAI. CEO OpenAI, Sam Altman, mengatakan bahwa fitur ini masih dirilis secara bertahap dan untuk sementara hanya tersedia bagi pelanggan berbayar.
Kekhawatiran Pelanggaran Hak Cipta
Di balik tren ini, muncul perdebatan hukum terkait hak cipta. Beberapa ahli khawatir bahwa teknologi AI generatif yang mampu menciptakan ulang gaya seni tertentu bisa dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
Menurut Evan Brown, pengacara kekayaan intelektual dari firma hukum Neal & McDevitt, gaya visual tidak secara eksplisit dilindungi oleh hak cipta. Artinya, OpenAI tidak secara hukum melanggar aturan hanya dengan membuat gambar yang menyerupai film-film Ghibli.
Namun, pertanyaan utamanya adalah apakah AI ini dilatih menggunakan materi berhak cipta? Jika iya, maka OpenAI bisa menghadapi tuntutan hukum.
Sebelumnya, beberapa perusahaan besar seperti The New York Times telah menggugat OpenAI karena diduga menggunakan konten berhak cipta tanpa izin atau kompensasi. Gugatan serupa juga diajukan terhadap Meta dan Midjourney, startup AI yang berfokus pada pembuatan gambar.
Apakah menciptakan ulang gaya khas studio besar seperti Ghibli dianggap sebagai inspirasi kreatif atau pelanggaran hak cipta? Jawaban atas pertanyaan ini bisa menjadi preseden penting bagi industri kreatif di era AI.(CC-01)