PANDUGA.ID, JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Rahmat Hidayat Pulungan, mengingatkan Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, untuk menyikapi polemik yang melibatkan Miftah Maulana atau Gus Miftah dengan bijaksana. Rahmat menegaskan bahwa Nahdliyin harus konsisten membela pihak-pihak yang lemah dan menjunjung prinsip kemanusiaan.
“Kita harus tegak lurus dengan prinsip kemanusiaan dan konsisten membela yang lemah,” ujar Rahmat kepada wartawan pada Jumat (6/12/2024).
Rahmat menilai bahwa sebagai seorang tokoh yang membawa label ulama sekaligus memiliki atribut pejabat negara, Gus Miftah perlu menjaga sikap di ruang publik. Menurutnya, kesalahan harus diakui dan menjadi bahan introspeksi diri.
“Kalau salah ya salah. Kalau tidak pantas, ya tidak boleh diikuti atau dibela. Mandat kita adalah mengingatkan. Di badan beliau ada label ulama dan negara, sehingga harus menempatkan diri dengan pantas sesuai nilai dan norma bangsa kita,” jelas Rahmat.
Rahmat juga menekankan pentingnya konsistensi kader NU dalam membela kebenaran tanpa memandang latar belakang seseorang. Ia menegaskan bahwa memaafkan adalah kewajiban, tetapi membenarkan perbuatan salah adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan.
“Semua rakyat Indonesia adalah aset bangsa. Soal pintar atau goblok itu relatif. Banyak tamatan SD yang jadi konglomerat, sementara yang kuliah malah banyak yang menganggur,” tambahnya.
Di sisi lain, Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, mengimbau agar polemik terkait Gus Miftah tidak diperpanjang. Menurutnya, peristiwa yang terjadi di sebuah pengajian, di mana Gus Miftah mengolok-olok penjual es teh bernama Sunhaji, hanya sebatas candaan.
“Itu hanya guyon. Kita kenal Gus Miftah sebagai tokoh yang suka berguyon. Keduanya juga sudah bertemu dan saling bermaafan. Polemik ini sudah selesai dan tidak perlu diperpanjang,” kata Addin dalam keterangannya.
Addin juga menilai bahwa Gus Miftah adalah aset bangsa yang dikenal dengan dakwahnya yang moderat dan merangkul semua kalangan. Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat tidak menghakimi peristiwa tersebut secara berlebihan. (CC02)