PANDUGA.ID, SOLOK SELATAN – Insiden penembakan yang menewaskan Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar diduga bermotifkan ketidaksenangan pelaku terhadap penangkapan kasus tambang ilegal.
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, mengungkapkan bahwa pihaknya masih menyelidiki kasus yang melibatkan dua perwira polisi ini.
Korban, seorang polisi bernama Ulil, sebelumnya menangkap seorang pelaku tambang ilegal galian C dan membawanya ke kantor polisi.
Dalam perjalanan menuju polres, Ulil menerima telepon dari Dadang, yang diduga membicarakan penangkapan tersebut.
“Saat proses pemeriksaan pelaku tambang di ruangan Reskrim, terdengar suara tembakan dari luar,” ungkap Suharyono, Jumat (22/11).
Polisi yang keluar untuk memeriksa menemukan Ulil sudah terkena tembakan dan tidak bergerak.
Dadang, yang kini menjadi tersangka, diketahui menggunakan pistol dinas jenis HS-9 dalam aksi tersebut.
Berdasarkan keterangan, pelaku menembakkan 9 peluru dari magasin berisi 15 peluru. Dua peluru mengenai korban, sementara tujuh peluru lainnya ditemukan di rumah dinas Kapolres Solok Selatan, AKBP Arief Mukti.
“Senjata dinasnya digunakan, dan dari sembilan peluru yang ditembakkan, dua mengenai korban,” jelas Kapolda Sumbar. “Sisanya, sebanyak tujuh peluru, sedang kami dalami asal-usul serta penggunaannya.”
Kapolda Sumbar menyatakan belum bisa memastikan keterkaitan Dadang dengan tambang ilegal galian C yang menjadi awal permasalahan.
“Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah pelaku membekingi tambang ilegal atau tidak. Kami tengah mendalami hubungan kerja kedua perwira ini selama ini,” ujarnya.
Selain Dadang, pihak kepolisian juga akan memeriksa Kapolres Solok Selatan, AKBP Arief Mukti, terkait pengawasan terhadap stafnya.
“Sebagai pimpinan langsung, tentu dia mengetahui detail kinerja maupun potensi conflict of interest yang ada. Semua ini akan kami dalami,” tambah Suharyono. (CC02)