PANDUGA.ID, BLORA – Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora secara resmi mengumumkan pemberhentian Wiwik Suhendro dari jabatan Kepala Desa Sendangharjo, Kecamatan Blora, yang berlaku efektif. Pemberhentian ini didasarkan pada keputusan Bupati Blora, Arief Rohman, setelah Wiwik terbukti melakukan pelanggaran moral.
Wiwik Suhendro diketahui mengajukan banding ke Bupati Blora dan Gubernur Jawa Tengah, namun keduanya ditolak. Akibatnya, ia kini menempuh jalur hukum dengan menggugat keputusan tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Kepala Dinas PMD Blora, Yayuk Windrati, menjelaskan bahwa status Wiwik kini secara resmi bukan lagi sebagai kepala desa. “Status Wiwik Suhendro saat ini sudah bukan sebagai Kepala Desa Sendangharjo, dan ia tengah melakukan gugatan ke PTUN,” ungkap Yayuk, Rabu (30/10/2024).
Menurut Yayuk, keputusan Bupati Blora menetapkan pemberhentian Wiwik Suhendro dengan hormat tanpa permintaan sendiri, setelah proses banding di tingkat gubernur tidak diterima. Surat Keputusan (SK) pemberhentian itu dinyatakan resmi dan berlaku.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sendangharjo, Yuli Siswo Purnomo, menegaskan bahwa pemberhentian ini didasarkan pada bukti bahwa Wiwik telah melakukan tindak pidana asusila, yang dinilai tidak layak bagi seorang kepala desa. “Keputusan dari bupati ini berlaku sejak 19 Juli 2024,” kata Yuli.
Dalam masa jabatannya yang kurang lebih satu setengah tahun, Wiwik Suhendro dikabarkan menjalin hubungan dengan salah satu perangkat desanya dan menikah siri tanpa izin dari dinas terkait. Hal ini memicu reaksi keras dari masyarakat yang merasa Wiwik telah mencoreng reputasi jabatan kepala desa.
Surat keputusan pemberhentian Wiwik dibacakan di Balai Desa Sendangharjo, disaksikan oleh lebih dari 50 warga. Namun, Wiwik tidak hadir dalam acara tersebut. “Pak Kades sudah menerima surat keputusan itu langsung, sementara BPD hanya mendapat tembusan,” tambah Yuli.
Kasus ini kini bergulir ke PTUN, dan masyarakat serta pihak terkait menantikan putusan hukum atas gugatan yang diajukan Wiwik Suhendro. (CC02)