PANDUGA.ID, SEMARANG – Seorang jurnalis media online nasional, Wisnu Kusuma (30), mengaku menjadi korban kekerasan fisik yang diduga dilakukan oleh ajudan Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Polisi Purnawirawan Nana Sudjana. Insiden ini terjadi saat Wisnu sedang melakukan wawancara doorstop di depan ballroom Rama Shinta, Hotel Patra, Kota Semarang, pada Kamis (27/9/2024) sekitar pukul 10.00 WIB.
Menurut keterangan Wisnu, kejadian bermula ketika dirinya mengajukan pertanyaan kepada Pj Gubernur terkait beberapa isu viral, salah satunya mengenai insiden Nana yang dikabarkan menolak bersalaman dengan Jenderal TNI Andika Perkasa. Saat pertanyaan masih berlangsung, Wisnu tiba-tiba mengalami tindakan kasar dari ajudan Gubernur.
“Saya ditarik di kaki kiri hingga terjatuh dari tangga setinggi sekitar satu meter. Ketika saya bangun, kaki saya terasa nyeri,” ujar Wisnu, Jumat (27/9/2024).
Wisnu juga menyebutkan bahwa ia belum sempat menerima tanggapan dari Gubernur terkait kasus perundungan yang menimpa Aulia Risma Lestari, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), sebelum ajudan bertindak kasar.
Akibat insiden ini, kaki kiri Wisnu yang sebelumnya pernah dioperasi karena kecelakaan, kembali merasakan sakit. “Kaki saya pernah patah sebelumnya, jadi ketika jatuh kemarin terasa nyeri lagi. Punggung saya juga ikut sakit,” ungkapnya.
Meski demikian, Wisnu mengakui bahwa Pj Gubernur Nana Sudjana sempat meminta maaf secara langsung sebelum meninggalkan lokasi. Beberapa perwakilan dari pemerintah provinsi juga menawarkan pengobatan kepada Wisnu, yang awalnya ia tolak, namun akhirnya ia menerima setelah mendapat arahan dari kantornya untuk menjalani perawatan di RSUP Kariadi Semarang.
Kekerasan yang dialami Wisnu ternyata bukan kasus tunggal. Ia mengungkapkan bahwa beberapa jurnalis lainnya juga pernah mengalami perlakuan serupa dari ajudan Gubernur Nana, termasuk tindakan menarik paksa, mencubit, hingga menutup kamera wartawan. “Korban tidak hanya saya, tetapi teman-teman jurnalis lainnya memilih untuk tidak memperpanjang masalah ini,” tambah Wisnu.
Meski merasa tidak ingin memperpanjang persoalan, Wisnu menegaskan bahwa tindakan ajudan tersebut telah menghalangi tugas jurnalistik. Saat ini, ia masih mempertimbangkan langkah hukum bersama kantornya. “Secara pribadi, saya hanya ingin pelaku meminta maaf secara terbuka dan memperbaiki kinerjanya sebagai pengawal pribadi Gubernur,” tutupnya.
Sementara itu, jurnalis televisi nasional, Dicky T, juga mengaku pernah mengalami tindakan represif dari ajudan yang menutup lensa kameranya saat wawancara. “Itu terjadi saat Nana baru menjabat Pj Gubernur. Biasanya, ajudan bertindak kasar saat ditanya soal pertanyaan sensitif,” ujar Dicky.
Perlakuan kasar dari ajudan Gubernur ini disebut Dicky hanya terjadi ketika Nana Sudjana menjabat. “Ajudan gubernur sebelumnya tidak seperti ini,” tambahnya.
Merujuk data dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, tercatat 1.090 kasus kekerasan terhadap jurnalis terjadi dalam periode 2006 hingga September 2024, dengan 40 di antaranya terjadi di Jawa Tengah. Ketua AJI Semarang, Aris Mulyawan, menyayangkan insiden yang menimpa Wisnu dan menegaskan pentingnya akses jurnalis untuk menjalankan tugas jurnalistik mereka tanpa hambatan.
“Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Ajudan seharusnya memahami dan mendukung kerja-kerja jurnalis, bukan justru menghalanginya,” ujar Aris. (CC02)