PANDUGA.ID, BANYUMAS – Aksi demonstrasi yang berujung ricuh antara mahasiswa dan kepolisian di Banyumas meninggalkan sejumlah korban luka.
Berdasarkan data dari kepolisian, setidaknya 14 personel keamanan mengalami luka-luka akibat lemparan batu dari peserta aksi. Di sisi lain, puluhan mahasiswa dilaporkan pingsan dan mengalami berbagai luka.
Omeda Dasamara, anggota Front Mahasiswa Nasional (FMN), menyebutkan bahwa meskipun sudah ada laporan mengenai puluhan mahasiswa yang menjadi korban, jumlah pasti yang mengalami luka berat dan ringan masih belum diketahui. “Informasi yang kami peroleh menyebutkan puluhan, tapi jumlah pastinya belum bisa dipastikan,” ujarnya.
Dalam insiden tersebut, tidak hanya mahasiswa dan polisi yang menjadi korban. Seorang wartawan bernama Dimas juga terkena lemparan benda keras yang mengenai tulang belikatnya saat sedang meliput. “Saat berjalan ke arah selatan, yang saya kira aman, tiba-tiba ada benda keras menghantam dada kanan atas (tulang belikat),” ungkap Dimas. Beruntung, ia hanya mengalami lecet dan tidak ada luka serius.
Kapolresta Banyumas, Kombes Pol Dr. Ari Wibowo, mengungkapkan bahwa jumlah demonstran mencapai sekitar 1.000 orang. Mereka terdiri dari berbagai elemen mahasiswa, termasuk BEM dari beberapa universitas di Banyumas seperti Unsoed, Amikom, Telkom, UMP, serta organisasi mahasiswa lainnya seperti IMM, HMI, dan FMN.
Aksi yang digelar oleh Aliansi BEM Banyumas Raya ini bertujuan untuk mengawal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan menolak pengesahan revisi UU Pilkada. Namun, situasi menjadi tidak terkendali ketika massa mulai melakukan aksi anarkis dengan melempar botol, batu, dan bahkan membawa balok kayu untuk menyerang petugas keamanan.
Polisi terpaksa menggunakan water canon untuk membubarkan massa yang tetap bertahan di depan kantor Pemkab Banyumas. Setelah aksi, kepolisian melanjutkan dengan patroli skala besar untuk memastikan situasi kondusif kembali. (CC02)