PANDUGA.ID, SEMARANG – Satreskrim Polrestabes Semarang masih menyelidiki insiden keracunan massal yang terjadi di Jomblang, Kecamatan Candisari, pada Minggu (2/6/2024).
Hingga kini, belum ada tersangka yang ditetapkan oleh pihak berwajib.
Dalam upaya mengungkap penyebab keracunan, polisi telah memeriksa 30 saksi, termasuk korban dan pemilik katering yang menyediakan makanan tersebut.
“Saksi yang diperiksa merupakan korban dan pemilik katering,” kata Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena di Mapolrestabes Semarang, Rabu (19/6/2024).
Barang bukti yang telah diperiksa laboratorium sejauh ini mencakup bahan baku seperti lima buah bakso dan lima keping mi.
Namun, hasil laboratorium untuk barang bukti makanan jadi, seperti mi, pisang cokelat, dan telur gulung yang dikonsumsi oleh para korban, belum keluar.
“Proses uji laboratorium itu belum keluar karena menunggu makanan basi terlebih dahulu sehingga nanti bisa kelihatan bakteri-bakteri yang muncul,” jelas Andika.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah untuk melakukan uji laboratorium terhadap barang bukti tersebut.
Andika menambahkan bahwa penyebab pasti keracunan massal ini masih dalam penyelidikan, apakah disebabkan oleh kelalaian atau dari makanan itu sendiri. “Nanti hasil penyelidikan dan uji laboratorium kami sampaikan kembali,” ujarnya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa sebanyak 20 warga diduga mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi mi goreng di RT 6 RW 10 Tandang, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
Keracunan ini terjadi setelah acara arisan PKK yang dihadiri sekitar 85 orang pada Minggu (2/6/2024) sore.
Para korban mulai merasakan gejala keracunan pada keesokan harinya, Senin (3/6/2024) pagi, dengan gejala seperti pusing, mual, muntah, dan diare.
“Lima orang sudah dibawa pulang hari ini, sisanya masih dirawat di rumah sakit,” ungkap Ketua RT 6 RW 10, Tandang, Ani Sulistyowati (68), Jumat (7/6/2024). Ani, yang juga merupakan korban, mengaku mulai merasakan gejala keracunan pada Senin siang setelah mengonsumsi mi goreng.
Pemilik acara arisan, Ari Yuniarti (46), menyatakan bahwa ia memesan makanan dari sebuah usaha katering di wilayah Cinde, Jomblang.
“Saya pesan sendiri di katering itu yang masih satu kelurahan, sudah beberapa kali pesan di situ, baru pertama kali ini ada kejadian seperti ini,” bebernya.
Ari juga merasakan gejala keracunan dan meyakini bahwa mi goreng adalah penyebabnya, bukan jenis makanan lain yang disajikan.
Mayoritas korban keracunan juga sepakat bahwa mi goreng yang disajikan menjadi penyebab utama.
Menurut Ari, hampir 90 persen peserta arisan yang hadir di rumahnya mengalami gejala keracunan, meski tidak semuanya dirawat di rumah sakit.
“Saya kena tapi cuma sakit tiga hari. Yang tidak kuat dibawa ke rumah sakit ada 20 orang, sisanya ada 50 orang hanya berobat jalan,” terangnya. (CC02)