PANDUGA.ID, BATANG – Delapan tahun telah berlalu, namun kasus pembunuhan Haniyah masih menggantung tanpa kejelasan.
Mengambil inspirasi dari kasus Vina Cirebon yang kembali mencuat, keluarga korban kini bekerja sama dengan LBH Ansor untuk mengungkap misteri kematian Haniyah yang terjadi pada 2016.
Sekretaris LBH Ansor, Taufik Hidayat, mengungkapkan bahwa hingga kini perkembangan kasus tersebut masih belum jelas.
“Kami di sini, LBH Ansor se-Jateng dan pusat, bergabung menjadi satu. Kami berkomitmen meminta pada kepolisian untuk serius menindaklanjuti kasus ini.
Apakah harus menunggu viral baru ada keadilan?” ujar Taufik di Gedung GP Ansor Kabupaten Batang.
LBH Ansor siap mendampingi dua anak korban, Nafiul Husna (17) dan Dwi Yurdan Afriliatna (22), dalam mencari keadilan. Keduanya ingin mengetahui siapa pelaku pembunuhan ibu mereka dan apa motif di balik pembunuhan tersebut.
“Delapan tahun lalu, ibu mereka dihilangkan secara paksa. Kami tahu ini tidak mudah, tetapi kami memiliki komitmen bersama. Kami telah mengkaji kejadian, saksi-saksi, dan banyak sekali kejanggalan,” tambah Taufik.
Pada 2018, keluarga korban sudah berusaha mencari keadilan dengan meminta bantuan berbagai lembaga, termasuk Kompolnas, Menkopolhukam, Komnas HAM, Komisi III DPR RI, dan lainnya. Namun, usaha tersebut sia-sia, dan kasus ini terhenti tanpa ada informasi baru.
Terinspirasi oleh kasus Vina Cirebon, keluarga korban kembali menggandeng LBH Ansor. Langkah pertama yang diambil adalah meminta audiensi dengan Kapolres Batang. Pihak LBH Ansor sudah mengirim surat resmi ke Polres Batang dan berencana menyampaikan berbagai kejanggalan pada penyidik.
“Kami akan menyampaikan kendala yang dihadapi dan mengungkap fakta-fakta yang belum terungkap. Banyak kejanggalan yang perlu diinvestigasi lebih lanjut,” jelas Taufik.
Sebelumnya, pihak kepolisian menyatakan kesulitan mengungkap kasus ini dengan alasan TKP yang rusak dan minimnya barang bukti. Taufik menegaskan bahwa jika tidak ada kejelasan, mereka akan membawa kasus ini ke Polda Jateng atau Bareskrim.
“Kami akan mengirim surat ke Presiden, Kompolnas, Komnas HAM, LPSK, dan lainnya untuk memastikan penyidik Polres Batang serius mengungkap kasus ini,” tegasnya.
Dwi Yurdan Afriliatna, anak kedua korban, meminta agar pelaku pembunuhan ibunya segera ditangkap dan diadili. “Biar tahu rasanya kehilangan seorang ibu, pelaku harus diadili,” ujarnya.
Haniyah ditemukan tewas dengan kondisi kepala bersimbah darah pada 4 Desember 2016 di garasi rumah majikannya di Desa Gapuro. Penemuan ini bermula saat majikannya, Masrukhin, hendak memasang penutup mobil di garasi bersama Ikoh. Keduanya menjadi orang pertama yang menemukan mayat Haniyah.
Jasad Haniyah ditemukan terlentang dengan luka sobek di kepala bagian belakang sebelah kanan dan luka lebam di leher bagian kanan. Beberapa barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian antara lain satu buah gembok garasi dengan anak kuncinya, ponsel Nokia milik korban, dan sandal jepit putih milik korban.