PANDUGA.ID, SEMARANG – Sebuah video ceramah Pendeta Gilbert Lumoindong menjadi viral di media sosial, menciptakan kehebohan di platform online.
Dalam potongan video tersebut, Pendeta Gilbert menyentuh isu zakat dan shalat, dengan membandingkan kewajiban zakat dalam agama Islam yang hanya 2,5% dengan praktik memberi dalam agama Kristen yang disebutnya mencapai 10%.
Akibat konten ceramah yang kontroversial ini, nama Pendeta Gilbert mencuat menjadi trending di platform X, dengan lebih dari 20 ribu pencarian di mesin pencari Google.
Terkait kontroversi ini, Pendeta Gilbert telah menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Permohonan maaf tersebut disampaikan usai bertemu dengan Ketua Dewan Masjid Indonesia, yang juga mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK), di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan pada Senin (15/4/2024).
Pertemuan ini menjadi langkah awal Pendeta Gilbert dalam meminta maaf atas pernyataannya yang dinilai menyinggung perasaan umat Islam.
Reaksi dari netizen di media sosial X pun bervariasi. Sebagian mengkritik keras pernyataan Pendeta Gilbert, menyebutnya sebagai tindakan yang tidak sensitif terhadap perbedaan agama dan dapat memicu konflik antarumat beragama.
Namun, ada juga yang memberikan dukungan kepada Pendeta Gilbert, menyatakan bahwa ceramahnya hanya menyampaikan perbedaan dalam praktik keagamaan dan seharusnya tidak dipermasalahkan secara berlebihan.
Dikutip Panduga.id, Selasa (16/4/2024), akun @NetizenX123 menulis, “Ceramah Pendeta Gilbert sangat tidak pantas! Mengapa harus membanding-bandingkan seperti itu? Sudah seharusnya tokoh agama menjadi contoh toleransi dan menghormati kepercayaan agama lain.”
Sementara itu, @Faithful88 menanggapi, “Pendeta Gilbert hanya menyampaikan fakta dalam ajaran agama Kristen. Tidak ada yang salah dengan itu. Mari kita hormati perbedaan dan saling memahami.”
Pihak terkait diharapkan dapat menangani kontroversi ini dengan bijaksana, sambil tetap memperhatikan sensitivitas dan keberagaman dalam masyarakat Indonesia.
Dalam konteks yang semakin terhubung secara digital, penting bagi tokoh agama dan pemimpin masyarakat untuk memperhatikan dampak dari setiap pernyataan atau tindakan yang mereka lakukan.(CC-01)