PANDUGA.ID, SEMARANG – Isu bakal mundurnya Sri Mulyani, dari jabatan menteri keuangan yang berhembus sejak Januari lalu masih santer beredar.
Isu tersebut muncul menyusul mundurnya Menko Polhukam Mahfud MD dan Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Sejumlah pakar ekonomi menilai, mundurnya Sri Mulyani akan menimbulkan dampak besar.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P Sasmita menyebut, dampak pertama yang terbesar adalah menurunnya kredibilitas keuangan pemerintah yang selama ini dikelola secara baik oleh Sri Mulyani.
“Ini bisa menurunkan kepercayaan investor, sehingga memicu capital outflow besar-besaran,” katanya, Sabtu (3/2/2024).
Capital outflow yang makin besar akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.
Akibatnya memicu meningkatnya laju inflasi barang berbasis bahan baku impor.
“Selain itu, bisa memperburuk prospek investasi, terutama pada sektor finansial. Hal ini akan ditandai dengan turunnya kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi,” terangnya.
Adapun Direktur Center of Economic and Law (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, mundurnya Sri Mulyani akan berdampak melonjaknya imbal hasil surat utang yang dipicu turunnya rating utang pemerintah.
Ketidakhadiran Sri Mulyani mengelola keuangan negara, berisiko meningkatkan ketidakpastian arah kebijakan fiskal.
Selain itu, turunnya rasa percaya investor terhadap keberlanjutan mega proyek seperti IKN.
Ia melihat capital outflow di pasar keuangan menyebabkan pelemahan kurs rupiah.
Bhima menyarankan Sri Mulyani cepat mundur untuk mengakhiri spekulasi para pelaku pasar.
“Kedua, Presiden Jokowi harus mencari pengganti Sri Mulyani yang punya kapasitas dalam bidang kebijakan fiskal hingga punya koneksi internasional,” imbuhnya.(CC-01)