PANDUGA.ID, SEMARANG – Ratusan massa memadati halaman depan Kantor Gubernur Jateng.
Tak hanya berkumpul, massa juga menggelar aksi.
Aksi tersebut untuk mengkritisi kinerja politisi negara.
Kegiatan tersebut digelar untuk memperingati 17 tahun Aksi Kamisan.
Pelanggaran HAM terus subur, demokrasi hancur jadi tagline dalam aksi.
Yang menarik berbagai kesenian ditampilkan untuk mengkritisi kinerja para politisi.
Selain alat musik tradisional dan puisi, aksi membawa payung hitam juga mewarnai.
Menurut Adetya Pramandira satu di antara koordinator aksi, aksi yang digelar di depan Kantor Gubernur Jateng untuk memperingati 17 tahun Aksi Kamisan.
Meski telah 17 tahun berlangsung, namun demokrasi tetap dikebiri dan pelanggaran HAM tetap terjadi.
“Padahal Aksi Kamisan menjadi pengingat kepada negara tentang pelanggaran HAM dan demokrasi,” ucapnya, Kamis (18/1/2024).
Ia menegaskan, negara haru hadir untuk menuntaskan pelanggaran HAM.
Bahkan mahasiswa dan para aktivis menyuarakan hal tersebut.
“Namun sampai aksi ke 17 tahun digelar, permasalahan tersebut tak kunjung tuntas,” jelasnya.
Bahkan ia menyebutkan, negara masih mereproduksi pelanggaran tersebut.
Hak asasi masih dirampas, rakyat kehilangan tanah karena ulah pemerintah.
“Tanah hilang karena rob, rob disebabkan karena adanya proyek pemerintah. Hal itu terus terulang,” katanya.
Dari hal itu, Adetya berujar kawan-kawan Kamisan adalah oposisi permanen pemerintah.
Untuk itu ia menegaskan golput adalah pilihan bagi kawan-kawan Kamisan.
“Apapun partainya, siapapun pemimpinnya, kalau masih ada pelanggaran HAM dan pembatasan demokrasi kami tetap pada posisi kami,” tambahnya.(CC-01)