PANDUGA.ID, SALATIGA – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) buka suara terkait kabar tindak perundungan atau bullying yang dialami seorang siswi di sebuah sekolah menengah atas (SMA) negeri Kota Salatiga.
Pihaknya menyebut bila dari hasil visit dan komfirmasi sementara pada Cabang Dinas (Candin) V, korban disebut memiiki sifat introvet dan tak mau bersosial.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Uswatun Hasanah, membenarkan adanya dugaan bullyin tersebut.
Kendati ada, namun ia menegaskan peristiwa tersebut belum terbukti bila benar sebuah pembullyan atau masih sebatas dugaan.
“Oh itu laporan memang saya terima. Tapi memang anaknya itu sebenarnya introvet. Misal diajak gabung teman-teman kelompok dia (korban) memisahkan diri terus,” kata Uswatun, Minggu (7/1/2024) malam.
Saat disinggung mengenai bentuk pembullyan berupa pemalakan, verbal, fisik, hingga pelepasan kerudung paksa, Uswatun mengaku dugaan tersebut belum didapati fakta kongkret.
Bully Jadi Penyebab
Kendati demikian, pihaknya mengaku sampai saat ini masih melakukan penelusuran lebih jauh untuk mencari kebenaran dari dugaan bullying yang menyebabkan korban nyaris bunuh diri itu.
“Dia introvet. Suka menyendiri. Kadang-kadang sekolah tiba-tiba pakai jilbab, kadang juga tidak, kami sudah komfirmasi juga ke orangtuanya. Dan itu laporan terbaru hari ini. Emang tindakanya suka main-main sendiri. Terus masalah uang Rp50 ribu itu juga tak tahu semuanya. Tapi gini. Itu kan dari kacamata saya (Disdikbud), assesment berimbang tetap dilakukan dari PPA (pemberdayaan perempuan dan anak) terkait psikolognya. Dan ini kami juga masih dalami lagi, jadi pastinyaa dugaan itu belum bisa disampaikan,” jelasnya.
Uswatun menambahkan, seorang siswa atau siswi merupakan tanggung jawab dari orangtua dan pihak sekolah.
Pihaknya bakal mengambil langkah nyata bersama cabang dinas terkait atas segala sesuatu yang melanggar aturan.
“Kalau ada peristiwa seperti itu harus segera bertindak, asa tim pencegahan dan penangaban kekerasan seksual. Orangtua juga harus kooperatif, karena yang tahu sifat anak di rumah. Intinya kita akan bersinergi untuk pendalamanya dan agar si anak (korban) tidak pindah sekolah. Memang dia nanti merasa kurang nyaman. Tapi namanya sekolah harus berbaur meski introvet,” pungkasnya.(CC-01)