PANDUGA.ID, SEMARANG – Pengamat ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Wahyu Widodo, menyinggung masih terjadi ketimpangan antar wilayah di Jawa Tengah (Jateng).
Masalah ini dianggap sebagai salah satu penghambat kemajuan provinsi tersebut.
Menurut Wahyu, ketimpangan regional antar kabupaten/kota salah satunya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang.
Ada sebagian daerah yang maju di sisi lain ada yang masih tertinggal
Dia menilai disparitas atau ketimpangan ekonomi dapat dilihat antara wilayah Pantura dan Pansela Jateng.
Saat ini aktivitas industri dan perekonomian masih berpusat di kawasan Pantura.
“Masih ada ketimpangan antar wilayah, terutama antara utara dan selatan, Jateng barat selatan dan timur menjadi satu paket, hampir mayoritas seluruh aktivitas ekonomi itu didominasi Jawa Tengah bagian utara,” katanya, Minggu (7/1/2024).
Ketimpangan di Pansela
Menurut Wahyu, kesenjangan ekonomi di wilayah Pansela Jateng dapat dilihat dari kabupaten yang termasuk kategori miskin ekstrem.
Seperti Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, dan Wonosobo.
“Meskipun ada beberapa darah Pantura tertinggal seperti Brebes masih tertinggal angka kemiskinannya tinggi. Tapi mayoritas utara adalah daerah dengan perekobomiannya lebih baik dibandingkan tengah dan selatan,” ujar dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip ini.
Ia berujar, disparitas disebabkan oleh kondisi konektivitas dan infrastruktur yang dipengaruhi faktor historis.
Di mana wilayah Pantura dibangun lebih dahulu, sehingga infrastruktur dan konektivitas mendukung perkembangan perekonomian.
“Wilayah utara dibangun lebih dahulu bahkan jalur yang menghubungkan antat provinsi pun yang utama utara. Sehingga mau tidak mau ya secara otomatis hampir seluruh wilayah di Jawa bukan hanya Jateng ya wilayah utara yang maju. Karena sudah terbangun infrastruktur maka di utara lebih mudah berkembang,” katanya.
Ketimoangan antar wilayah masih jadi PR Pemprov Jateng yang harus segera diselesaikan.
Dia minta strategi pembangunan fokus pada pengelompokan daerah lebih dioptimalkan.
“Maka Pemprov Jateng salah satu strateginya membagi kelompok-kelompok daerah untuk menjadi fokus pembangunan contoh Barlingmascakeb, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen,” ungkap Wahyu.
“Itu agar lebih memberi perhatian secara spesifik terhadap kelompok wilayah itu, itu memang menjadi pekerjaan rumah Jawa Tengah,” imbuhnya.
Untuk itu ia mendorong pembangunan infrastruktur di wilayah Pansela atau Jateng bagian selatan harus lebih ditingkatkan.
Karena hal ini dapat berdampak pada konektivitas sehingga pembangunan daerah dapat berjalan optimal.
“Sekarang konektivitas itu dicoba dibuka semuanya, kalau kita lihat jalur selatan paling selatan sudah dibuka yang menghubungkan Jawa Barat selatan sampai Jawa Timur selatan lewat Jawa Tengah,” tegasnya.
Meski begitu, hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh sinergi dan kolaborasi antar berbagai pihak. Namun dia mendorong agar pembangunan di Jateng dapat merata sehingga tidak terjadi ketimpangan regional.
“Yang penting memberikan efek perambatan ke wilayah-wilayah satelit di sekitarnya,” tandas Wahyu.(CC-01)