PANDUGA.ID, SEMARANG – Pengamat ekonomi asal Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Wahyu Widodo menyoroti masih tingginya angka kemiskinan di sejumlah kabupaten di wilayah Selatan Jawa Tengah (Jateng).
Widodo menyinggung belum meratanya industrialisasi dan aktivitas perekonomian.
Menurutnya, masih terdapat ketimpangan antar wilayah di Jawa Tengah.
Pasalnya kemiskinan masih didominasi kabupaten di wilayah selatan. Di antaranya Kabupaten Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Wonosobo.
“Kemiskinan secara statistik angkanya Jateng daerah miskinnya tinggi adalah sebagian wilayah barat ke selatan mulai dari Brebes, Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Banyumas, itu wilayah dengan kemiskinan tertinggi,” ujarnya, Minggu (7/1/2024).
Wahyu menyinggung penyebab kemiskinan selain faktor pendidikan, yaitu aktivitas perekonomian dan industrialisasi yang belum merata. Aktivitas industri masih berpusat di kawasan Pantura Jateng.
“Memang ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kemiskinan, selain struktur pendidikannya, juga belum tersentuh industrialisasi besar-besaran seperti di wilayah utara,” katanya.
Diketahui bahwa sejumlah kabupaten/kota menjadi pusat industri di Jateng dengan adanya kawasan industri. Misalnya di Kendal, Batang, Kota Semarang, Demak.
“Mayoritas seluruh aktivitas ekonomi itu didominasi Jawa Tengah bagian utara meskipun ada beberapa darah Pantura tertinggal seperti Brebes. Tapi mayoritas utara adalah daerah dengan perekonomian lebih baik dibandingkan tengah dan selatan,” ungkap Widodo.
Diketahui berdasarkan data BPS Jateng, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 tercatat sebesar 10,77 persen atau sebanyak 3,79 juta orang, turun 0,21 persen poin terhadap September 2022. Sementara masih ada 17 daerah yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem.
17 daerah masih tergolong miskin ekstrem didominasi Jateng bagian selatan. Meliputi Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Cilacap, Wonosobo, Kebumen, Wonogiri, Klaten, Magelang, dan Sragen. Selain itu kemiskinan di Blora, Brebes, Demak, Grobogan, Pemalang, dan Rembang.
Penyebab dari ketertinggalan ekonomi di kawasan Pansela dibanding Pantura, kata Widodo, yaitu masalah infrastruktur dan konektivitas.
Sehingga dia mendorong Pemprov untuk meningkatkan infrastruktur dan konektivitas guna memperbaiki pertumbuhan ekonomi.
Strategi Penting
Selain itu, mengatasi kemiskinan secara keseluruhan di Jateng, dia membeberkan strategi yang harus dilakukan Pemprov.
Pertama mengurangi beban pengeluaran dengan berbagai program yang berdampak pada masyarakat.
“Karena kemiskinan diukur dengan garis kemiskinan, menggunakan pengeluaran ekonomi, maka strategi pertama adalah mengurangi beban pengeluaran melalui program bantuan dan perlingungan sosial,” tergasnya.
Menurutnya, pengentasan kemiskinan harus lebih difokuskan pada program pemberdayaan yang bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sehingga masyarakat miskin memiliki pendapatan yang sesuai dan mampu mandiri.
“Berikutnya adalah jangka panjang mereka harus mandiri, bisa berdiri di kaki sendiri maka melalui peningkatan pendapatan. Itu macem-macem intervensinya ada melalui kredit usaha rakyat, kredit usaha mikro, kelompok usaha bersama atau KUBE, atau yang ketiga adalah mengurangi kantong-kantong kemiskinan,” katanya.
Masalah tata kelola kelembagaan seperti data kemiskinan juga perlu terus diperbarui.
Sehingga berbagai program dapat mengarah tepat sasaran.
“Ini menjadi tantangan utama, kalau dari angka kemiskinan semakin waktu semakin baik (menurun) cuma akselerasinya perlu didorong lebih kuat terutama secara kelembagaan itu perbaikan tata kelola data kemiskinan,” pungkasnya.(CC-01)