PANDUGA.ID, SEMARANG – Elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD semakin merosot. Survei Litbang Kompas menyebut, Ganjar-Mahfud ada di peringkat terakhir dengan tingkat elektabilitas 15,3 persen.
Pengamat politik sekaligus dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Triyono Lukmantoro menilai, elektabilitas Ganjar yang merosot disebabkan oleh ulahnya sendiri yang sering blunder.
Dia mencontohkan salah satu blunder Ganjar yaitu memberikan skor 5 dari 10 soal penegakan hukum pada pemerintahan Jokowi.
Padahal Menhukham Yasonna Laoly merupakan kader PDIP, sementara Menkopolhukam Mahfud MD cawapres Ganjar sendiri.
“Misalnya saat ditanya Ganjar kalau skor dari 0 sampai 10 penegakan hukum berapa, jawabnya 5. Ganjar salah karena Menkuham dari PDIP dan Menkopolhukam Mahfud MD calon presidennya dari mana, semua PDIP,” katanya, Kamis (14/12/2023).
Diketahui bahwa beberapa bulan terakhir Ganjar memang keras mengkritik Jokowi, terutama setelah Gibran menjadi cawapres Prabowo.
Semakin keras melakukan kritik, maka tingkat elektabilitas Ganjar diyakini akan semakin merosot.
“Jadi semakin Ganjar atau orang-orang PDI mengkritik Pak Jokowi secara personal atau keluarganya justru elektabilitasnya semakin menurun,” tegas Triyono.
Selain itu, dia juga menilai bahwa Ganjar saat ini berada dalam posisi kebingungan untuk menentukan arah.
Ganjar akhir-akhir ini menempatkan diri sebagai oposisi yang sering mengkritik Jokowi. Padahal dahulu terus mengekor ke Jokowi.
Perubahan Sikap
Perubahan sikap Ganjar ini diyakini dapat menurunkan elektabilitasnya. Jika sikap sebagai oposisi ini terus ditunjukkan Ganjar, maka dia semakin berada di bawah dua pasangan calon lainnya.
Dari awal hingga saat ini, Anies tetap menjadi oposisi pemerintah sedangkan Prabowo terus memuji dan ikut pemerintahan Jokowi.
“Beda dengan Anies yang duduk di luar pemerintahan, yang duduk di luar rumah, jadi Ganjar serba salah mengkritik Pak Jokowi, mau memuji Pak Jokowi sudah porsinya Prabowo. Itu serba salah jangan heran makin lama suaranya makin turun,” ungkap Triyono.
Dia berpandangan, Ganjar yang sempat vokal dalam mengkritik pemerintahan Jokowi justru kini sudah mulai melunak. Sikap Ganjar yang suka berubah-ubah ini pun membuat bingung masyarakat.
“Kalau Gibran dan Prabowo kan nggak agresif tidak menyerang calon-calon lain. Justru Ganjar yang sempat agresif sekarang melunak. Orang jadi bingung Ganjar arahnya ke mana,” tegas Triyono.
Selain itu, elektabilitas Prabowo-Gibran yang sekarang menempati posisi pertama juga dinilai karena pengaruh Gibran.
Dia menilai, Gibran mampu merebut sebagian suara PDIP yang dalam Pilpres 2019 lalu memilih Jokowi.
“Salah satunya (elektabilitas Ganjar merosot) juga karena Gibran maju karena bagaimanapun Gibran ini ditugaskan untuk menggerus suara banteng, suara Ganjar. Itu nyatanya signifikan. Justru yag sering terjadi adalah blunder Ganjar sendiri, bukan orang lain,” imbuhnya.(CC-01)